15 Desember 2009

Humor Nama Orang Cina

Orang yang paling top di TAIWAN namanya CHIANG KAI SEK.


Yg banyak keturunan dari semua keturunannya yg paling HEBAT namanya LI HAI SEK.


Nama guru sesepuhnya GA KWAT SEK.


Nama bini guru nya KWAT MAIN SEK.


Trus nama anaknya SHU KHA SEK.


Nama cucunya yg msh kecil THAK TAU SEK.


Nama Tetangganya MIN THA SEK.


Yg nyebarin blogspot ini namanya SHE NENG SEK.


Trus yg lg baca blogspot ini namanya HO BI SEK.


Tapi kalo marah2 baca blogspot ini dia pasti namanya

PHI NGIN SEK.


Yang Tertawa baca blogspot ini namanya DO YAN SEK.


Bagi yg kirim kembali blogspot ini namanya HI PER SEK.


Tapi yg pasti nama gua bukan BHE RENG SEK.


Sekian sejarah keluarga & keturunan CHIANG KAI SEK.

Humor Nama Orang Jepang

Nama2 org jepang sesuai dgn Pekerjaan nya:

Kuraba Sakumu : Pencopet

Sayabisa Urusi : Calo

Nikita Sukanari : Penari di tmpt hiburan

Samakami Sampepagi :Cewek di nightclub

Takasi Kamucoba : Sales door to door

Kitakasi Murasaja : Seorang pemilik toko

Yukasi Kitaterima : Kasir

Takada Gaji : Pengangguran

Aigaya Sanasini : Fotomode

Kitabuka Kamupoto : Fotomodel bokep

Sukabawa Sayuri : Tukang sayur

Tyada Ruma : Gelandangan

Aisuka Susumu : Penjual pakaian dlm wnta

Kuobati Anumu : Dokter kelamin

Masimuda Masutipi : Artis cilik

Kusabuni Itunoda : Tukang cuci

PROPOSAL PENELITIAN


-->

“GERAKAN AGAMA PENTAKOSTALISME DI INDONESIA CENDERUNG DIANUT OLEH ORANG-ORANG INDONESIA KETURUNAN TIONGHOA”
I. MASALAH PENELITIAN
1.1. Pernyataan Masalah Penelitian
Pada dasawarsa terakhir menjelang tahun 2000, kita sering menjumpai maraknya gejala-gejala karya penyembuhan dan karunia Roh dalam kehidupan gereja di Indonesia. Gejala-gejala itu menampilkan beberapa gerakan gerejawi baru, yang dikenal dengan sebutan gerakan Pentakostalisme/karismatik. Gerakan ini begitu mengundang perhatian dari beberapa umat beragama. Secara praktis kita dapat menyaksikan acara kebaktian Kebangkitan Kebangunan Rohani yang menekankan “Berkat Tuhan dan Kesembuhan Ilahi”, disertai dengan demonstrasi mujizat-mujizat.[1] Perkembangan gerakan ini begitu sangat cepat dan mampu membawa pengaruh bagi kehidupan masyarakat Indonesia, terutama di wilayah perkotaan.

Sebagai umat Katolik sudah tentu kita harus menghadapi realitas dan gejala-gejala itu dengan kritis dan hati-hati. Suatu fakta yang tidak dapat dipungkiri ialah bahwa banyak saudara-saudari kita penganut agama Katolik sudah tertarik, bahkan beralih imannya untuk mencari berkat dan memenuhi kepuasan batiniah melalui gerakan Pentakostal ini. Gereja Katolik mau tidak mau harus mengambil sikap yang bijaksana untuk menanggapinya. Sudah tentu persoalan ini sulit untuk dipecahkan, mengingat tubuh Gereja Katolik sendiri juga perlu mendapat kritikan tajam dan pembaharuan yang menyeluruh. Fakta sudah membuktikan bahwa ternyata banyak domba-domba Gereja Katolik begitu mudah menyeberang kandang dan mencari rumput yang lebih segar. Hal ini sudah tentu menarik untuk diadakan penelitian tentang pengaruh gerakan Pentakostal yang memiliki daya tarik tersendiri.

1.2. Kata Pendahuluan
Era globalisasi telah merambah dan membawa pengaruh yang sangat besar ke segala penjuru dunia. Dampak pengaruhnya juga telah membuahkan perubahan dan perkembangan emosional, mentalitas, spiritualitas dan cara pikir bangsa Indonesia. Ketika krisis ekonomi, sosial dan politik mulai melanda dan makin terpuruk, banyak orang Indonesia yang mulai terjangkit sakit penyakit fisik dan psikis. Ada orang yang bahkan mengidap penyakit kehilangan iman, takut hidup susah, takut miskin dan menderita. Namun, dengan munculnya gerakan Pentakostalisme yang begitu gencar, akhirnya ketakutan mereka hilang dan berubah menjadi semangat Kristiani yang baru.

Gereja-gereja bercirikan Pentakostalisme telah menjamur di seluruh pelosok Indonesia dan bahkan berhasil memberikan jaminan keselamatan dan penyembuhan ilahi. Inti pewartaan gerakan Pentakostal mengenai teologi Sukses terbukti telah menjadi harapan dan kekuatan baru bagi mereka yang takut hidup miskin iman dan material[2]. Selain itu ada orang Indonesia yang “sakit” karena depresi, stress lebih mudah tertarik untuk mencari rahmat penyembuhan dan doa pelepasan melalui pelayanan gerakan ini. Banyak orang yang mendapat berkat dan sukacita rohani dari pelayanan gerakan ini akhirnya percaya bahwa gerakan Pentakostalisme merupakan karya Roh Kudus yang diturunkan oleh Tuhan.

1.3. Penjelasan Istilah
(1). Pentakostalisme adalah suatu gerakan kebangkitan rohani yang bercorak fundamentalis. Gerakan ini mulai dalam umat beriman Metodis (Holines Movement; pertengahan abad 19), dan pada tahun 1901 di Brthel College di Topeka (Kansas, AS) dan dengan cepat merambat ke Houston, Texas dan Los Angeles (1906). Kemudian, pendeta-pendeta Eropa yang mengalami “pembaptisan dalam roh”, membawa gerakan ini ke Eropa Utara, lalu ke India dan Amerika Selatan. Mula-mula gerakan ini hanya ingin membangkitakan kembali semangat Pentakosta asli, namun pada akhirnya mendirikan gereja-gereja Pentakosta sejak tahun 1910. Gereja-gereja ini berpegang pada biblisme, bercorak fundamentalis, dan mementingkan pembaptisan dalam roh.[3]

(2) Teologi sukses atau Injil Sukses (Gospel of Success) adalah ajaran yang mengajarkan hidup berkelimpahan dan kemakmuran. Teologi ini sering juga dikenal sebagai Injil-injil Kemakmuran (prosperity), Kelimpahan, Berkat (Gospel of Blessing), atau Teologi Anak Raja.[4]
1.4. Hipotesis dan Pertanyaan Riset
Berangkat dari pengamatan dan pemikiran di atas, peneliti mulai tertarik untuk meneliti fenomena yang mencolok dari gerakan ini, yakni: Mengapa gerakan agama Pentakostalisme di Indonesia ini cenderung dianut oleh orang-orang Indonesia keturunan Tionghoa? Hal ini sudah tentu sangat menarik untuk diteliti mengingat sejarah munculnya gerakan ini adalah dari Eropa dan bukan dari negara Asia. Akan tetapi mengapa gerakan ini mudah diterima oleh orang Indonesia keturunan Tionghao. Apa yang melatar belakangi ajaran ini begitu mudah diterima oleh orang Tionghoa? Apakah propaganda teologi berkat yang ditawarkan oleh gerakan ini ada kaitannya dengan filosofis orang Cina yang cenderung mengejar kesuksesan hidup? Atau apakah negara Indonesia yang telah menjadi tanah kelahiran mereka masih belum bisa memberi jaminan kesejahteraan bathin mereka? Lalu apa upaya Gereja Katolik untuk menghadapi fenomena ini?

1.5. Tinjauan Kepustakaan
Sampai saat ini peneliti belum menemukan adanya suatu penelitian atau buku yang berbicara tentang “Mengapa gerakan agama Pentakostalisme di Indonesia ini cenderung dianut oleh orang-orang Indonesia keturunan Tionghoa?”. Sudah tentu hal ini akan menjadi kendala bagi saya untuk mencari catatan sejarah, tulisan para ahli dan buku kepustakaan yang benar-benar berbicara tentang masalah yang akan peneliti ajukan ini. Untuk sementara peneliti akan mencoba menggali permasalahan tentang gerakan Pentakostalisme ini dengan menggunakan beberapa buku inti, sebagai berikut:
1) Buku Kekuatan Ketiga Kekristenan yang diedit oleh Georg Kirchberger & John Mansford Prior
2) Mungkinkah Karismatik sungguh Katolik oleh Deshi Ramadhani, SJ
3) Teologi Sukses Antara Allah dan mamon oleh Herlianto
4) Pembaharuan Karismatik Katolik dari terjemahan P.L. Sugiri Dokumen 109 Uskup Amerika Latin 1987.
5) Buku Pegangan untuk Para Pemimpin dan Para Peminat - Pembaharuan Karismatik Katolik, oleh Fio Mascarehans.
Sedangkan untuk menggali dan mengenal alasan mengapa orang Tionghoa Indonesia sehingga mudah tertarik dengan gerakan Teologi yang ditawarkan Pentakostalisme, maka peneliti akan mencoba meneliti karakter, filosofis hidup orang Tionghoa Indonesia dan kedudukan mereka di mata aparat negara Indonesia maka akan menggunakan beberapa buku utama, sebagai berikut:
1) Mengenal Lebih dekat “Agama Khonghucu” di Indonesia, oleh M. Ikhsan Tanggok
2) Rahasia Bisnis Orang Cina, oleh Ann Wan Seng
3) Rahasia Sukses Bisnis Etnis Tionghoa di Indonesia, oleh Thomas Liem Tjoe
4) Membaca Kepribadian Orang-Orang China, oleh Adi Nugraha
5) Prasangka Terhadap Etnis Cina – Sebuah Intisari, oleh Dr. Yusiu Liem

1.6. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Peneliti ingin berusaha menjawab persoalan secara ilmiah dan teologis mengenai alasan orang Indonesia keturunan Tionghoa yang cenderung suka memilih agama Pentakostal.
2) Peneliti ingin mengamati dan mencari tahu tentang kebutuhan umat Katolik zaman sekarang.
3) Peneliti ingin mencoba mencari model berteologi kontekstual yang sesuai dengan zaman Modern ini dan ajaran Katolik.

1.7. Kepentingan dan Alasan Penelitian
Berdasarkan pengamatan dan latar belakang di atas, maka alasan penelitian adalah sebagai berikut:
  1. Teoritis: Peneliti berharap agar penelitian ini dapat meberikan sumbangan bagi ilmu pengetahuan, terutama bagi teologi. Besar harapan peneliti semoga dengan mempelajari penelitian ini, maka Gereja Katolik dapat memperbaharui dirinya untuk tampil menjadi lebih menarik dan tetap menghasilkan rumput segar dan hijau bagi umat.
  2. Praktis: Peneliti berharap agar hasil penelitian ini dapat menjadi sumbangsih bagi para pelayan Gereja, terutama bagi para imam yang bekerja di paroki atau di bidang kategorial untuk memahami masalah umat Katolik Indonesia keturunan Tionghoa. Dengan demikian, para romo juga dapat dengan mudah memberi pelayanan dan pembinaan secara bijaksana.
II. METODE PENELITIAN
Metode penelitian di sini merupakan cara dan sekaligus prosedur penelitian, serta hal-hal yang secara langsung berkaitan dengan pegumpulan data. Adapun metode yang akan peneliti paparkan di sini, antara lain:
1. Rancangan Penelitian
a) Hal-hal yang akan diperiksa
Secara khusus hal-hal yang akan diteliti di sini ialah eksistensi gereja-gereja Pantekostal dan cara pemimpinnya memikat pengikut. Kemudian kami juga akan mengadakan pengamatan hal-hal apa yang melatarbelakangi orang Tionghoa tertarik untuk masuk kelompok gereja Pentakostal, terutama secara psikologis. Selain itu, kami juga akan mencoba menanggapi fenomena ini melalui ajaran Gereja Katolik.
b) Tindakan-tindakan yang akan dilakukan:
Tindakan-tindakan yang akan kami lakukan ialah mengadakan pengamatan ke salah satu gereja pentakostal, dan mengumpulkan data-data dan menerapkan metode pengumpulan data.

2. Pengumpulan data
2.1. Pengumpulan Data, Keterbatasan, dan Anggapan Dasar
 2.3.1. Metode pengumpulan data
1) Wawancara
Peneliti merasa perlu mengadakan wawancara dengan beberapa umat Kristiani yang adalah orang Tionghoa dan non-Tionghoa. Hal ini perlu peneliti adakan guna mencari pendapat dan pandangan mereka tentang fenomena ini. Dengan demikian peneliti juga akan terbantu untuk mengetahui secara jelas, mengenai alasan dan harapan yang mereka cari ketika menjadi anggota gereja Pentakostal. Wawancara ini akan peneliti lakukan secara langsung maupun tak langsung, yakni melalui korespondensi email dengan beberapa sahabat yang adalah anggota jemaat salah satu gereja Pentakostal.

2) Administrasi instrumen
Penelitian ini juga tidak terlepas dari studi literer, oleh karena itu peneliti juga akan mencari sumber penelitian ini dengan mengumpulkan data yang ada. Peneliti akan mencoba mencari dokumen tentang sejarah dan asal usul munculnya gereja Pentakostal di Indonesia, serta kaitannya dengan orang Indonesia keturunan Tionghoa.

3) Observasi/pengamatan
Peneliti yang kebetulan adalah orang Indonesia keturunan Tionghoa juga akan melakukan pengamatan terhadap beberapa rekan, sahabat dan juga diri sendiri (auto-observation). Dalam hal ini peneliti akan mencari tahu gejala-gejala psikis dan peranan budaya Tionghoa yang bagaimana, sehingga gerakan Pentakostalisme ini dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi orang Tionghoa Indonesia.
III. ANALISIS DATA
3.1. Jenis Analisa Data
Penelitian ini bersifat analisis data kualitatif. Peneliti akan menganalisisData ini ini diambil dari data deskriptif dengan pengamatan dan pengalaman, dengan metode wawancara, dan dengan menyelidiki bahan yang ada.

3.2. Penyajian Data

3.3. Prosedur Analisis Data dan Uji Hipotesis

3.4. Penafsiran dan Evaluasi


[1] Herlianto, Teologi Sukses: antara Allah dan mamon, Jakarta: Gunung Mulia, 2006, hlm 2.
[2] Pertumbuhan gerakan Pentakostal ini sungguh mencengangkan: dari sebuah Gereja rumah tangga dengan anggota 10 orang pada tahun 1921 menjadi salah satu kekuatan utama dalam Kekristenan Indonesia. Bdk. G. Kirchberger & J.M. Prior (ed). Seri Verbum, Kekuatan Ketiga Kekristenan, Seabad Gerakan Pentakostal 1906-2006, Maumere: Ledalero, 2007, hlm. 63.
[3] A. Heuken, SJ, “Ensiklopedi Gereja”, Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka, 1993, hlm.344-345.
[4] Herlianto, Teologi Sukses: antara Allah dan mamon, Jakarta: Gunung Mulia, 2006, hlm.1.